Assalamu’alaikuum…
hffff… kalimat apa yang paling nyaman sebagai pembuka ya :D. Begitu lamanya tidak menengok dan mengurus blog ini. Sejujurnya saya kangen berat. Kangen untuk menulis sedikit cerita yang lebih seringnya adalah cerita tidak penting daripada yang penting lalu berbagi resep. Hanya saja, belakangan mengurus blog ini sama halnya seperti membuka buku mata kuliah Analisis Fungsional (Salah satu mata kuliah yg sebisa mungkin ingin saya hindari saat kuliah dulu). Berasa sulit.
hffff… kalimat apa yang paling nyaman sebagai pembuka ya :D. Begitu lamanya tidak menengok dan mengurus blog ini. Sejujurnya saya kangen berat. Kangen untuk menulis sedikit cerita yang lebih seringnya adalah cerita tidak penting daripada yang penting lalu berbagi resep. Hanya saja, belakangan mengurus blog ini sama halnya seperti membuka buku mata kuliah Analisis Fungsional (Salah satu mata kuliah yg sebisa mungkin ingin saya hindari saat kuliah dulu). Berasa sulit.
Kegiatan di dapur memang tidak berhenti. Tidak seperti menulis di blog.
Begitu juga dengan motret yg objeknya hanya makanan. Masih sering dilakukan
sekalipun tidak sesering dulu lagi :D. Terlalu banyak hal yang membuat saya
selalu menunda untuk memposting sesuatu di blog. Berasa 24 jam masih kurang.
Btw, sebagai awalan dari lamanya
absen posting resep, kali ini ada Dadar Gulung Ubi Ungu hanya saja tanpa resep.
Kenapa? Hmmm… sebenarnya waktu eksekusi dadar gulung ini saya tidak sendirian.
Waktu itu sama mama. Jadi belum ada takaran yang pas untuk resep ini. Selain
itu mama juga tidak pernah mengukur-ukur atau menakar-nakar kalo bikin sesuatu.
Selalu ilmu kira2 yang beliau gunakan. Dadar gulung ini dibuat kira-kira
sebelum puasa kemarin. Mama masih ada. Ah.. sepertinya saya harus menyiapkan
banyak tisu di sebelah laptop :p
Postingan kali ini saya bercerita saja ya,boleh kan? Sebenarnya antara
ingin dan tidak ingin untuk bercerita. ingin, karena saya berharap bisa sedikit
lega dengan berbagi. tidak ingin, karena dengan bercerita sama halnya dengan
membuat saya sedih lagi.
Jadi, tanggal 12 agustus kemarin merupakan hari yang tidak pernah saya
inginkan. Hari kehilangan buat saya dan 4 adik saya dan tentunya buat bapak.
Mama meninggal. Saat sedang dalam perjalanan dari Kangean-Sumenep. Perjalanan
laut. Ah, saya tidak bisa detail bercerita. Kami benar-benar Shock karena mama
pergi dalam keadaan sehat. Seperti mimpi. Sepeti kehilangan sosok pahlawan yang
tidak akan ada bandingannya. Yang saya sesalkan adalah, masih banyak impian
yang pada akhirnya tidak bisa kami capai bersama lagi.
Apa yg membuat saya kuat?? 4 adik saya yg rata-rata masih sekolah dan
kuliah. Dan satu lagi, perjuangan mama. Waktu itu yg ada dalam benak saya hanya
ini “kalo saya tidak kuat,klo saya menyerah pada keadaan, maka semua perjuangan
mama pada akhirnya akan sia-sia”. Apapun takdir yang sudah dituliskan untuk
saya dan adik-adik, saya yakin itu adalah takdir yang terbaik buat kami. Walaupun
kadang saya merasa it isn’t fair.
“Fatihah akan selalu kami senandungkan untukmu ma. Aliran Doa tak kan
berhenti kami panjatkan. Perjuanganmu yang terhenti di tengah laut akan kami
teruskan. Dampingi kami sekalipun jasadmu telah menyatu dengan tanah. Semoga
kami bisa menjadi anakmu yg sholeh dan sholehah hingga membawamu pada salah
satu surgaNya. Semoga disana Dia memberimu tempat ternyaman yang tak sempat kau
miliki selama di dunia. Rabbighfirlii waliwalidayya warhamhumaka ma rabbayani shoghirooo”
mbak aku ikutan pengen mewek lho... *pelukkk...
BalasHapusYa ALloh semoga Engkau menerangkan belai di kuburnya dan menjadikan belai ahli syurga-Mu...amiiin...
amiiiiinn... makasih banyak doanya mbak #peluk dari jauh yak. dan pagi ini sy menangis lagi :)
Hapus